JAKARTA - Hari ini bisa tonggak sejarah bagi dunia tinju profesional Indonesia. Ketika Chris John mempertahankan gelar juara dunia kelas bulu (57,1 kg) versi WBA melawan Ricardo "Rocky" Juarez di Toyota Center, Houston, Amerika Serikat. Jika Chris menang, Indonesia akan memiliki petinju yang bisa mempertahankan gelarnya di negara yang menjadi kiblat tinju bayaran itu.
Meski beberapa kali memiliki juara dunia, belum sekali pun Indonesia bisa menaklukkan AS. Kita kalah jauh dari Filipina yang memiliki Manny Pacquiao, petinju paling laris yang beberapa waktu lalu mempermalukan legenda tinju Amerika, Oscar de la Hoya.
Pada 14 Oktober 1989, petinju legendaris Indonesia, Ellyas Pical pernah mencoba mempertahankan gelarnya di AS. Namun, dia harus pulang dengan kepala tertunduk setelah kalah angka mutlak dari Juan Polo Perez. Itu menjadi upaya mempertahankan gelar pertama sekaligus terakhir perinju Indonesia di AS, sebelum Chris kali ini.
"Saya siap lahir dan batin. Sekarang ini, kondisi saya sangat prima. Saya merasa dalam kondisi terbaik. Mohon dukungan dari seluruh rakyat Indonesia,''kata Chris melalui sambungan internasional dari Hotel Hilton, Houston, AS, kemarin.
Bagi petinju kelahiran Banjarnegara, Jateng, itu pertarungan yang dijadwalkan berlangsung 12 ronde tersebut memang hanya pertarungan pilihan (choice). Ini merupakan upaya Chris mempertahankan gelarnya untuk kali kesebelas. Dia merebut sabuk juara dari badan tinju tertua di dunia tersebut di Denpasar, Bali, pada September 2003. Petinju berjuluk The Dragon itu menang angka atas Oscar Leon Kolombia.
Selama 10 kali mempertahankan gelarnya, Chris belum pernah melakukannya di AS. Itu pula yang membuat mantan atlet wushu nasional itu kurang tenar di persaingan tinju dunia. Kemenangan atas Juarez akan mengantarkan dia memasuki babak baru. Dia bisa menantang banyak petinju hebat lain jika bisa mempertahankan gelar di Amerika. Apalagi, promotornya kali ini adalah Golden Boy Promotion (GBP) milik Oscar de la Hoya, yang merupakan salah seorang promotor paling top di dunia.
Selain sejarah emas untuk Indonesia, kemenangan atas Juarez bisa membawa Chris menjadi olahragawan yang kaya raya. Chris John Management (CM) memang tidak pernah mau menyebutkan bayaran Chris. Tetapi, sebagaimana dilansir Boxing Scene, Chris setidaknya dibayar USD 200 ribu atau sekitar Rp 2,4 miliar.
Itu merupakan bayaran tertinggi yang diterima Chris sepanjang karir bertinjunya. Saat dipromotori Albert Reinhard Papilaya, Chris pernah mendapat bayaran tertinggi Rp 1,8 miliar. Namun, untuk mendapatkan haknya itu, Chris harus bersitegang dulu hingga melibatkan berbagai pihak, termasuk Komsisi Tinju Indonesia (KTI) dan Menpora Adhyaksa Dault.
Namun, bukan pekerjaan mudah bagi Chris untuk mengalahkan Juarez. Perinju asli Houston itu memiliki motivasi tinggi untuk mengakhiri paceklik gelarnya. Sudah empat kali dia menantang juara dunia, dia selalu gagal. Tidak berlebihan jika kemudian menganggap duel melawan Chris sebagai laga hidup mati.
"Saya tidak boleh melepaskan lagi peluang menjadi juara dunia ini. Saya sudah siap untuk pertarungan ini. Saya sudah tahu apa yang harus saya lakukan," yakin Juaerz sebagaimana dilansir Associated Press.
Chris dengan postur yang lebih tinggi sebenarnya memiliki lebih banyak alternatif strategi. Adanya keraguan mengenai kelemahannya dalam hal killing punch, sebenarnya juga bisa ditutupi dengan skill-nya yang komplet. Karena itu, manajer sekaligus pelatihnya Craig Christian, begitu optimistis petinjunya akan menang.
"Apapun strategi yang akan dilakukan Juarez, Chris telah siap. Petinju saya adalah petarung yang sangat adaptif dengan gaya bertarung lawan," yakin Craig.
Menurut Craig, pertarungan melawan Juarez merupakan pertaruhan bagi Chris. Jika tampil buruk, kesempatannya untuk kembali bertarung di AS bisa tertutup meski GBP sebenarnya memiliki kontrak selama tiga tahun.
Jika sampai kehilangan gelar, akan sulit bagi dia untuk mendapatkan kembali. Sulit bagi dia untuk memboyong juara dunia ke Indonesia karena akan membutuhkan bayaran yang tinggi. Sebagai catatan, selain dengan Papilaya, Chris telah bermasalah dengan promotor tanah air lainnya, Soeryo Goeritno. Jika gagal mempertahankan gelarnya, apa yang menimpa Ellyas Pical bisa saja dialami Chris. Setelah kalah di Amerika, karirnya terus meredup sampai akhirnya berakhir. So, berjuanglah Chris.(ado/ang)
Sumber:JAWA POS
Meski beberapa kali memiliki juara dunia, belum sekali pun Indonesia bisa menaklukkan AS. Kita kalah jauh dari Filipina yang memiliki Manny Pacquiao, petinju paling laris yang beberapa waktu lalu mempermalukan legenda tinju Amerika, Oscar de la Hoya.
Pada 14 Oktober 1989, petinju legendaris Indonesia, Ellyas Pical pernah mencoba mempertahankan gelarnya di AS. Namun, dia harus pulang dengan kepala tertunduk setelah kalah angka mutlak dari Juan Polo Perez. Itu menjadi upaya mempertahankan gelar pertama sekaligus terakhir perinju Indonesia di AS, sebelum Chris kali ini.
"Saya siap lahir dan batin. Sekarang ini, kondisi saya sangat prima. Saya merasa dalam kondisi terbaik. Mohon dukungan dari seluruh rakyat Indonesia,''kata Chris melalui sambungan internasional dari Hotel Hilton, Houston, AS, kemarin.
Bagi petinju kelahiran Banjarnegara, Jateng, itu pertarungan yang dijadwalkan berlangsung 12 ronde tersebut memang hanya pertarungan pilihan (choice). Ini merupakan upaya Chris mempertahankan gelarnya untuk kali kesebelas. Dia merebut sabuk juara dari badan tinju tertua di dunia tersebut di Denpasar, Bali, pada September 2003. Petinju berjuluk The Dragon itu menang angka atas Oscar Leon Kolombia.
Selama 10 kali mempertahankan gelarnya, Chris belum pernah melakukannya di AS. Itu pula yang membuat mantan atlet wushu nasional itu kurang tenar di persaingan tinju dunia. Kemenangan atas Juarez akan mengantarkan dia memasuki babak baru. Dia bisa menantang banyak petinju hebat lain jika bisa mempertahankan gelar di Amerika. Apalagi, promotornya kali ini adalah Golden Boy Promotion (GBP) milik Oscar de la Hoya, yang merupakan salah seorang promotor paling top di dunia.
Selain sejarah emas untuk Indonesia, kemenangan atas Juarez bisa membawa Chris menjadi olahragawan yang kaya raya. Chris John Management (CM) memang tidak pernah mau menyebutkan bayaran Chris. Tetapi, sebagaimana dilansir Boxing Scene, Chris setidaknya dibayar USD 200 ribu atau sekitar Rp 2,4 miliar.
Itu merupakan bayaran tertinggi yang diterima Chris sepanjang karir bertinjunya. Saat dipromotori Albert Reinhard Papilaya, Chris pernah mendapat bayaran tertinggi Rp 1,8 miliar. Namun, untuk mendapatkan haknya itu, Chris harus bersitegang dulu hingga melibatkan berbagai pihak, termasuk Komsisi Tinju Indonesia (KTI) dan Menpora Adhyaksa Dault.
Namun, bukan pekerjaan mudah bagi Chris untuk mengalahkan Juarez. Perinju asli Houston itu memiliki motivasi tinggi untuk mengakhiri paceklik gelarnya. Sudah empat kali dia menantang juara dunia, dia selalu gagal. Tidak berlebihan jika kemudian menganggap duel melawan Chris sebagai laga hidup mati.
"Saya tidak boleh melepaskan lagi peluang menjadi juara dunia ini. Saya sudah siap untuk pertarungan ini. Saya sudah tahu apa yang harus saya lakukan," yakin Juaerz sebagaimana dilansir Associated Press.
Chris dengan postur yang lebih tinggi sebenarnya memiliki lebih banyak alternatif strategi. Adanya keraguan mengenai kelemahannya dalam hal killing punch, sebenarnya juga bisa ditutupi dengan skill-nya yang komplet. Karena itu, manajer sekaligus pelatihnya Craig Christian, begitu optimistis petinjunya akan menang.
"Apapun strategi yang akan dilakukan Juarez, Chris telah siap. Petinju saya adalah petarung yang sangat adaptif dengan gaya bertarung lawan," yakin Craig.
Menurut Craig, pertarungan melawan Juarez merupakan pertaruhan bagi Chris. Jika tampil buruk, kesempatannya untuk kembali bertarung di AS bisa tertutup meski GBP sebenarnya memiliki kontrak selama tiga tahun.
Jika sampai kehilangan gelar, akan sulit bagi dia untuk mendapatkan kembali. Sulit bagi dia untuk memboyong juara dunia ke Indonesia karena akan membutuhkan bayaran yang tinggi. Sebagai catatan, selain dengan Papilaya, Chris telah bermasalah dengan promotor tanah air lainnya, Soeryo Goeritno. Jika gagal mempertahankan gelarnya, apa yang menimpa Ellyas Pical bisa saja dialami Chris. Setelah kalah di Amerika, karirnya terus meredup sampai akhirnya berakhir. So, berjuanglah Chris.(ado/ang)
Sumber:JAWA POS
0 Response to "Ladeni Juarez, Jalan Chris John Menuju Sejarah dan Kaya Raya"
Posting Komentar